Tak terasa pendidikan anak usia dini memang banyak berguna, selain untuk melatih anak untuk belajar lebih dewasa, dan mandiri, juga sebagai pelatihan untuk pengenalan dunia pendidikan yang sesungguhnya. Keuntungan lainnya mungkin akan kita ketahui ketika kita mencoba untuk melakukan pembelajaran sendiri, anak dengan ibunya mencoba untuk mengetahui seberapa bisanya si anak ketika belajar. Sebagai evaluasi itu memang penting, untuk mengetahui, bukan untuk menyalahkan, namun sebagai pengingat saja. Sedikit demi sedikit namun jika evaluasi belajar pasti akan membuahkan sesuatu yang bisa di jadikan suatu standard kepada sang anak. Sedikit cerita Fariz, seorang anak dengan ukuran badan tidak terlalu besar, maklum dia baru berumur 4 tahun lebih dua bulan, bulan Oktober ini.
Ketika dia mulai merambah jilid 3 Qiraati, dia mulai memasuki satu kelas dengan teman – teman yang baru lagi, padahal saya masih berpikiran anak saya masih belajar qiraati jilid 2. Tapi tak mengapa, kemudian, ketika kelas baru itu mulai dia masuki, banyak dari temannya adalah anak berumuran sekitar 5,5 tahun ke atas, bahkan ada yang berumuran 7 tahun, memang kelas ini adalah kelas paling tinggi diantara kelas – kelas qiraati lainnya, berbeda dari mulai muridnya yang masih kecil – kecil berumuran 3 tahunan bahkan ada yang 2,5 tahun sudah mulai di kenalkan akan dunia pengajian pembelajaran qiraati ini. Fariz hanya terdiam ketika masuk ke kelas barunya, memang sudah dari kecil dia sangat tidak bisa lepas dari kehadiran ibunya yang harus menemani nya ketika ngaji. Masih tampak lugu dan malu – malu, ketika itu fariz mulai duduk dan belajar untuk mengenal sekelilingnya, hari itu adalah hampir 3 hari dia mulai pindah kelas karena tingkatan ngajinya sudah naik satu tingkat, setelah tes kemarin dari jilid 2. Memang waktu sepertinya berjalan sangat cepat jika kita tidak menggunakannya dengan optimal mungkin, kemudian, seorang anak berparas agak tinggi mulai berbicara dengan lantang, hei .. kamu kelas nya di sana tuch ,… sambil menunjukk ke kelas jilid 1 yang notabene merupakan kelas seumuran 3 atau 4 tahun, kemudian dia pun terdiam, karena bingung apa yang sebenarnya terjadi .. bukan karena tidak mengerti, hanya karena ketidak tahuan membuat dirinya sedikit bingung. Lalu ibunya pun berkata, fariz memang masuk kelas ini karena baru saja selesai dan pindah ke tingkat / jilid 3 qiraati, memang satu kata banyak artinya .. tampak anak itu pun bingung, mengapa? karena dia heran seorang bocah dengan seukuran tidak begitu besar mampu masuk ke kelas yang notabene merupakan kelas tingkatan anak tk dan sd. Sedangkan fariz belum sekolah secara formal sama sekali. Fariz bisa melakukan pembacaan dan penulisan abjad dengan sangat baik, sesuai dengan tingkatan keahliannya, memang fariz bisa dikatakan sebagai sedikit lebih baik daripada anak – anak yang lain.
Terkadang yang kita lihat bukan representasi yang kita pikirkan, karena kemampuan tidak bisa di ukur dengan sebuah tampilan fisik. Sesuatu yang bisa dikatakan mempunyai karakteristik besar pasti kuat, dan kecil pasti lemah. Seperti itulah saya berasumsi tentang hal ini. Memang semua manusia mempunyai bakat dan tingkatan sesuai dengan yang telah diberikan oleh yang maha kuasa. Cikal bakal bakat ini pun bisa kita asah dan kita pertajam untuk bisa membuatnya terlihat dan pastinya akan tajam ketika digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar